TELUSURSULTRA.COM, KENDARI
Industri sawit di Sulawesi Tenggara mendapat dorongan baru. Kamis, 24 Juli 2025, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) bersama Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) Sulawesi Tenggara menggelar pelatihan bertajuk Peningkatan Kapasitas Pembibitan Sawit Skala UMKM dan Koperasi.
Program ini disokong penuh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) sebagai strategi memperkuat posisi petani kecil, UMKM, dan koperasi dalam rantai nilai sawit.
Di sebuah aula di Kendari, puluhan peserta duduk menyimak paparan tentang pembibitan kelapa sawit yang benar. Targetnya jelas: menciptakan unit pembibitan mandiri berbasis koperasi dan UMKM yang mampu menyediakan bibit unggul dan bersertifikat.
Ketua BPD HIPMI Sultra, Triawan Rizbar Taha, menyebut kegiatan ini sebagai investasi jangka panjang. “Kami ingin lahir petani dan pengusaha sawit yang paham hulu sampai hilir. Mulai dari bibit. Karena kalau bibitnya tidak berkualitas, jangan harap kebun bisa produktif,” ujarnya.
Menurut Triawan, di Sulawesi Tenggara masih banyak lahan tidur yang menunggu diolah. “Sawit ini investasi panjang. Empat tahun menanam, tiga puluh tahun panen. Tapi semuanya dimulai dari bibit,” katanya.
Nada optimisme yang sama datang dari Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, La Ode Muhammad Rusdin Jaya. Ia menyebut ada 11.337 kepala keluarga di provinsi ini yang menggantungkan hidup dari sawit. “Yang kita perkuat adalah petani kecil. Tak hanya perorangan, tapi kelembagaan mereka. Koperasi menjadi kunci untuk program besar sawit rakyat,” ujarnya.
BPDP melihat langkah ini sebagai bagian penting dalam membangun ekosistem sawit nasional yang inklusif. Helmi Muhansah, Kepala Divisi Kerja Sama Kemasyarakatan dan UMKM BPDP, mengatakan pelatihan ini bukan agenda sesaat.
“Kami ingin UMKM dan koperasi menjadi bagian dari rantai penyediaan bibit yang profesional dan bersertifikat,” ujarnya.
SPKS, sebagai inisiator program, menegaskan bahwa kualitas sumber daya manusia adalah fondasi. “Sejak lima tahun terakhir, sawit menjadi sumber ekonomi bagi banyak keluarga. Tapi kita butuh petani yang paham teknik budidaya, pemanfaatan lahan, dan pengelolaan yang berkelanjutan,” kata Ketua Umum SPKS, Sabaruddin.
Pelatihan menghadirkan ahli dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit, PT Bina Sawit Makmur, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, hingga PT Bakrie Sumatra Plantation. Mereka membedah proses pembibitan, seleksi benih, hingga pengelolaan unit usaha. Agenda dua hari ini ditutup dengan kunjungan lapangan ke PT Merbau, tempat peserta belajar praktik langsung.
Program ini diharapkan memunculkan pembibit lokal yang dapat menopang kemandirian petani di Sulawesi Tenggara. “Kami ingin rantai hulu sawit rakyat ini kuat dari bawah,” pungkas Sabaruddin. (REDAKSI)