TELUSURSULTRA.COM, KONUT
Pembangunan pelabuhan perusahaan tambang nikel PT. Bumi Sentosa Jaya (BSJ) di pesisir Desa Boedingi, Kecamatan Lasolo Kepulauan Kabupaten Konawe Utara (Konut)Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengakibatkan nelayan di wilayah itu kehilangan mata pencaharian.
Pasalnya, pelabuhan khusus bongkar muat material bijih nikel ini diduga mencemari laut. Sehingga ikan tak lagi mendekati alat tangkap (serong) yang dipasang nelayan.
Salah seorang nelayan bernama Hatta mengatakan, sejak pelabuhan itu dibangun, dia kehilangan lahan (tempat) menangkap ikan. Padahal, sejak 2017 dirinya memasang bagang atau Serong di tempat tersebut. Sebelum ada kegiatan PT BSJ dirinya bisa menangkap satu ton ikan setiap satu bulan. Hasil tangkapan ini selanjutnya dijual sehingga meraup keuntungan belasan hingga puluhan juta setiap bulannya. Bagang sudah dibangun orangtua Hatta sejak tahun 2000 silam.
Sayangnya, Hatta kini hanya bisa pasrah melihat bagangnya yang dipenuhi lumpur dan sama sekali tak ada ikan yang masuk. “Sejak bulan April 2022 bersamaan dengan masuknya perusahaan, sama sekali sudah tidak ada ikan,” katanya.
Tak sampai disitu, perusahaan juga sudah memasang bendera tanda akan meneruskan pembangunan jetty hingga menerobos tempat penangkaran ikan nelayan. Kini Hatta pun hanya bisa pasrah meratapi nasib, sambil berharap ketukan hati dari perusahaan untuk menghidupi keluarganya.
Direktur Eksekutif Explor Anoa Oheo, Ashari saat melakukan investigasi lapangan (08/09/22) menemukan fakta-fakta di lapangan dan menyaksikan langsung di lokasi bahwa disana memang ada serong puto Hatta serta aktifitas pembangunan jety dan tempat stokfile Ore.
“Saya cek dan periksa tiang kayu serongnya sudah mulai lapuk menandakan memang sudah sejak lama serong itu dibangun. Kalau jety PT. BSJ itu baru dibangun karena setahu saya BSJ dulu pengapalan masih pakai iup perusahaan tetangga,” ungkap Ashari.
“Makanya kami team eXplor Anoa Oheo turun investigasi ke lapangan ingin membuktikan klarifikasi pihak perusahaan di salah satu media online yang tidak mengakui hak-hak pak Hatta. Itu alibi perusahaan sama saja pernyataan sesat,” tambah Ashari
Pemuda asal Lasolo yang juga sebagai Dewan Kehormatan pengurus Himpunan Pengusaha Tolaki Indonesia (HIPTI) Konut geram dengan alasan-alasan perusahaan. Termasuk pernyataan kepala desa Boedingi yang mendiskreditkan keberadaan pak Hatta.
“Serong pak Hatta masih berdiri dilahan konservasi. Dikatakan pihak BSJ sengaja dia perluas, mana mungkin itu terjadi sementara serong itu sudah tidak berpenghasilan. Ini bukan soal alat tangkapnya. Tapi lahannya pak Hatta yang sudah tercemar limbah tambang. Justru yang terjadi di lapangan pihak BSJ lah yang bergerak melakukan penimbunan terus menerus bergerak jalan Sampai mendekati titik serong tersebut,” tutur Ashari.
Sebagai pejabat tertinggi di desa, Ashari menilai sebaiknya Kades Boedingi mengayomi masyarakat, bukan sebaliknya berada atau membela perusahaan. Masyarakat konut kata dia adalah warga kita semua, orang sama dan bersaudara.
“Kasihan pak Hatta di katakan bukan asli Boedingi padahal saudara Bajo kita juga, seolah menghakimi padahal juga tahu bahwa usaha serong pak Hatta itu ada sejak dulu. Padahal jalan duduk bersama lebih baik, kenapa tidak kades Boedingi menjembatani antara pihak-pihak supaya jelas tugas nya sebagai pengayom masyarakat. Bukan lalu membisik pak Hatta menakut-nakuti bahwa perusahaan PT. BSJ itu kuat, banyak uang, punya pangkat. Maksud nya apa?,”kesal Ashari.
Dengan perlakuan Kades dan PT BSJ terhadap Hatta, Ashari mengaku semakin tertantang melawan bentuk kesewenangan PT. BSJ. Dia meminta pemerintah daerah Konut dalam hal ini Dinas Perijinan (PTSP), Dinas Perhubungan serta Dinas Perikanan dan Kelautan tegas melindungi masyarakatnya. Dia juga meminta OPD terkait untuk meninjau tersus PT. BSJ yang dinilai banyak keganjalan terkait kelayakan RTRW, pertimbangan tekhnis, kepelabuhanan, dan yang lebih urgen izin lingkungan nya.
“Katanya PT. BSJ ini raksasa (bonafit) tapi hal sekecil untuk rakyat saja disepelehkan. Kami ada keraguan persoalan ini tidak pernah sampai kepimpinan perusahaan. Besar keyakinan kami bapak Leonardo thedra selaku Dirut PT BSJ tidak mengetahui masalah itu. melainkan ada permainan distaf ditingkat bawah yang melawan rakyat jelata. Entah mereka pahlawan untuk mencari muka atau sesuatu yang bisa menjatuhkan nama besar perusahaan,” tutupnya. (Redaksi)